Oleh : Dr Dedek Kusnadi, M.Si,.MM
Bursa Pilwako Jambi sudah menghangat. Sejumlah nama mulai diapung ke permukaan. Ada wajah lama ada muka baru.
Dua nama yang kelihatan mendominasi diperbincangkan publik : Mantan Wakil Walikota Jambi sekaligus anggota DPD RI Sum Indra dan Wakil Walikota Jambi dokter Maulana.
Mereka digadang maju untuk nomor satu.
Figur yang sempat duet di Pilwako periode lalu itu diprediksi bakal menjadi lawan tanding terkuat. Maklum, keduanya tergolong tokoh yang punya modal mumpuni untuk menjadi petempur di nomor satu.
Sama-sama memiliki modal sosial kuat, karena pernah menjadi wakil walikota. Juga sama-sama punya modal kapital gede. Sum Indra ditopang kedigdayaan ekonomi keluarga Nurdin Hamzah. Sementara Maulana dikenal ASN berkantong tebal, punya kerajaan bisnis di bidang kesehatan dan pendidikan.
Menukil kajian Dr Jafar Ahmad, lewat kanal Youtube Channel Belajar Politik, ia mengulas potensi kemenangan kandidat lewat teori Bourdieu.
Untuk meraih kemenangan, menurutnya, kandidat haruslah punya modal memenangkan kontestasi.
Ada empat modal itu. Modal sosial, modal kultural, modal ekonomi dan terakhir modal simbolik.
Modal sosial merujuk kepemilikan jaringan sosial yang sangat kuat. Semakin luas jaringannya, semakin kuat pula modal sosialnya. Semakin besar modal sosial yang dipunyai, semakin besar pula kemungkinan dia memenangkan kontestasi.
Pernah menjabat wakil walikota, Sum Indra dan Maulana punya jaringan organisasi yang luas, yang bisa dikendalaikan, yang bisa diorganisir.
Kedua modal kultural. Ini berkaitan dengan kepemilikan pengetahuan, kecakapan atau kapasitas diri. Misalnya ia punya kemampuan retorika yang hebat, mampu memanage orang, piawai menempatkan baliho yang bagus dan enak dipandang mata.
Ketiga modal ekonomi. Modal ini memungkinkan seseorang untuk menggerakkan modal-modal lain. Ini berkaitan dengan stok uang di kantong.
Keempat modal simbolik. Misalnya dia cucu pangeran A. Atau ia mewarisi darah biru atau tokoh besar. Sum Indra punya itu. Ia mewarisi darah saudagar kaya raya, Nurdin Hamzah.
Selain dua nama di atas, figur lain tak bisa pula di pandang remeh. Tokoh muda politik semisal Edi Purwanto (PDIP), Rocky Candra (Gerindra) dan Zayadi (PKS) juga patut diperhitungkan.
Belum lagi nama-nama semisal Farti Suandri Mantan Kadis PU Kota Jambi. Kemudian Mursida Camat Pasar Kota yang terkenal vokal dan kerap viral di sosial media.
Menantu Mantan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, Mezi Arsento, juga mulai diapung untuk merebut tahta Walikota. Pengusaha keturunan yang kini menjabat Ketua DPW Perindo Provinsi Jambi Hendri Attan juga masuk dalam perbincangan publik.
Dari kelompok akademisi ada nama Dr Asad Isma, yang turut pula didorong maju. Bahkan tak sedikit kolega yang mendorong-dorong saya ikut berlaga. Saya cuma bisa tertawa dan menganggap semangat itu sebagai guyonan semata.
Merujuk teori Bourdieu, sederet nama tadi tentu saja berpotensi meraih kemenangan. Tapi, hanya Sum Indra dan Maulana yang kelihatan mumpuni secara modal, untuk di posisi nomor satu.
Mereka punya 4 modal sekaligus. Yang lain sebetulnya punya kans, tapi hanya sebatas di posisi nomor dua.
Boleh saja memaksa maju nomor satu, asal bisa mengukur diri : punya stok kapital melampaui Sum Indra dan Maulana.
Revisi UU Pemilu belumlah diketuk palu. Sehingga jadwal Pilwako Jambi belum bisa dipastikan kapan dihelat. Bisa 2024 atau justru maju menjadi 2022. Kapanpun itu, mesin politik musti sudah aktif. Sedari awal.
Tahun 2021 merupakan momentum bagi para kandidat untuk memulai mengaktivasi jaringan.
Dari sederet nama yang digadang maju, masih ada figur tersembunyi yang patut diperhitungkan. Dialah first lady Kota Jambi, Yuliana Fasha. Dari modal politik ala Bourdieu tadi, istri Walikota Jambi itu tentu punya keempat-empatnya.
Nah,
Tokoh perempuan ini boleh jadi akan membuka poros ketiga atau keempat, yang kekuatannya tak bisa di pandang sebelah mata.
Mengingat Kota Jambi dinilai maju dan sukses di tangan sang suami, Syarif Fasha. Akankah keberhasilan itu akan dilanjutkan?. Waktulah yang akan menjawabnya.(*)
Penulis adalah Dosen di UIN STS Jambi, dan Peneliti di Puskaspol Jambi.