KUALATUNGKAL-jAMBIVALEN.COM– Sebelum berikhtiar untuk ikut di pilkada Kabupaten Tanjabbar tahun 2020 ini H. Muklis disupport penuh oleh istri dan anak-anak nya serta seluruh keluarga besarnya baik dari pihak istri maupun di pihak H. Muklis sendiri.
Muklis menyadari bahwa ini akan mengorbankan karir PNS nya yg masih tersisa 10 tahun lagi. Ada kepentingan lain yg lebih besar ketimbang karir seorang H. Muklis yang sangat dimungkin dapat menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi yaitu pengabdian dan pengorbanan untuk mensejahterakan masyarakat di daerah di mana dia berkarir.
“ Ada banyak hal dan kondisi yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan untuk ikut dalam pilkada ini diantaranya kondisi sosial yang saat ini terjadi di tanjab barat, diantaranya angka stunting yg tinggi mencapai 44 % dan kemiskinan yg relatif masih tinggi yaitu mencapai 10,2%, “ Ujar Muklis. (22/01)
Muklis melihat kabupaten ini dengan kepemimpinan Bupati Safrial dan Wakil Amir sakib sudah sangat bagus, namun masih banyak ruang pengabdian yang bisa dilakukan untuk menjadikan kabupaten ini 4 kali lebih cepat dalam pembangunan.
“ Hastag yang semakin viral akhir-akhir ini. Meski banyak yg mencemooh hastag itu. Tapi ini lebih merupakan optimisme dalam membangun tanjabbar, sehingga mampu melampaui kemajuan daerah-daerah lain di Indonesia, “ Ungkapnya.
Selain itu maju nya Muklis-Supardi yang mengusung Visi BEDA dalam melaksanakan pembangunan jika terpilih menjadi seorang Bupati. Yaitu Bermartabat, Ekonomi Tangguh, Daya saing dan Agamis. Sedangkan Visi yang lahir dari permasalahan dan potensi yg ada di daerah ini.
“ Kita tidak melihat jabatan sebagai sarana untuk mendapatkan fasilitas, tapi melihat jabatan sebagai sarana menuju kasih dan ridho Allah Dan menuju surga-Nya Allah SWT, “ Terangnya.
Dalam memimpin organisasi birokrasi, Ada satu filosofi yg selalu dipegang yaitu “organisasi birokrasi ini merupakan organisasi yg dinamis, dimana manusia sebagai penggeraknya, kalau manusia sebagai penggeraknya maka kita harus bisa memperlakukan individu yang ada di birokrasi sebagai manusia yang harus dihargai” atau dalam filsafah jawa Mengwongken wong.
“ Bukan pimpinan itu identik dengan fasilitas dan sikap fiodal dalam berperilaku. silaturrahmi lebih penting ketimbang hanya sebuah jabatan, Pilkada hanya cara menuju pengabdian, Bukan membangun permusuhan, “ tukasnya.(red)